BRI Buyback Saham Rp1,5 Triliun, Ini Jadwalnya
BRI Buyback Saham Rp1,5 Triliun PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk berencana untuk melakukan pembelian kembali saham (buyback) senilai Rp […]
Neraca perdagangan Indonesia Februari 2022 kembali mencatat surplus. Yakni 3,83 miliar dolar AS atau sekitar Rp 54,78 triliun, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS). Surplus tersebut lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 0,96 miliar dolar AS.
Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Erwin Haryono mengatakan, kinerja positif ini melanjutkan surplus neraca perdagangan Indonesia sejak Mei 2020. BI memandang, surplus neraca perdagangan berkontribusi menjaga ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.
“Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat sinergi kebijakan dengan pemerintah dan otoritas kebijakan terkait untuk meningkatkan ketahanan eksternal serta mendukung pemulihan ekonomi nasional,” katanya dalam keterangan pers, Selasa (15/3).
Surplus neraca perdagangan Februari 2022 bersumber dari kenaikan surplus neraca perdagangan nonmigas, di tengah peningkatan defisit neraca perdagangan migas. Pada Februari 2022, surplus neraca perdagangan nonmigas mencapai 5,73 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 2,29 miliar dolar AS.
Perkembangan positif tersebut didukung meningkatnya ekspor nonmigas dari 18,27 miliar dolar AS pada Januari 2022 menjadi 19,47 miliar dolar AS pada Februari 2022. Peningkatan kinerja ekspor nonmigas dipengaruhi ekspor komoditas berbasis sumber daya alam.
Seperti batu bara, logam mulia, dan timah, serta produk manufaktur, termasuk berbagai produk kimia yang membaik. Ditinjau dari negara tujuan, ekspor nonmigas ke China, AS, dan Jepang tetap tinggi seiring pemulihan permintaan global.
Adapun impor nonmigas masih kuat pada seluruh komponen, sejalan dengan perbaikan ekonomi domestik yang berlanjut. Sementara itu, defisit neraca perdagangan migas meningkat dari 1,33 miliar dolar AS pada Januari 2022 menjadi 1,91 miliar dolar AS pada Februari 2022. Hal itu sejalan dengan peningkatan impor migas yang lebih tinggi dari ekspor migas.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta Widjaja Kamdani, mengatakan, surplus yang terjadi saat ini hanya karena faktor-faktor yang bersifat sementara.
Terutama terkait lonjakan harga dan peningkatan permintaan komoditas global yang terjadi akibat ketidakpastian di pasar dunia. Seperti minyak sawit mentah (CPO) dan batu bara dan emas. Hal itu mendongkrak kinerja ekspor.
Baca juga: Neraca Dagang Indonesia Surplus, Rupiah Terus Kalahkan Dolar AS
BRI Buyback Saham Rp1,5 Triliun PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk berencana untuk melakukan pembelian kembali saham (buyback) senilai Rp […]
Bitcoin hari ini menguat? Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi memprediksi harga Bitcoin hari ini dibuka fluktuatif namun menguat di […]
PT Lini Imaji Kreasi Ekosistem Tbk akan segera melantai di Bursa Efek Indonesia dengan menggelar penawaran umum perdana saham (initial […]
Arab Saudi mulai jajaki CBDC nih~ Bank Sentral Arab Saudi (SAMA) mengatakan sedang melakukan eksperimen mata uang digitalnya dan saat […]
Kurs dolar hari ini, simak kabar berikut! Indeks dolar Amerika (AS) jeblok pada perdagangan Rabu pasca pengumuman suku bunga (The […]
PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) menjanjikan akan membagikan dividen sebanyak-banyaknya 50 persen dari laba bersih untuk tahun buku 2023. Direktur Keuangan […]
© 2020 Trader Harian. 3th Floor, WTC 3, Jl. Jend. Sudirman, Kav 29-31, Jakarta, Indonesia 12920.