China Geser Posisi Amerika di Asia Tenggara
China Geser Amerika dari Asia Tenggara? Dalam lima tahun terakhir, pengaruh Amerika Serikat (AS) di Asia Tenggara mulai luntur, sementara […]
Neraca dagang Indonesia diprediksi akan mengalami surplus pada Bulan November 2020 yang berarti melanjutkan pergerakan surplus beberapa bulan terakhir. Kemungkinan besar surplus ini terjadi akibat impor yang masih mengalami penurunan.
Bulan lalu, perekonomian Indonesia mulai terus mengalami pemulihan walaupun pandemi covid-19 masih terus berlanjut. Hal ini terlihat dari data pergerakan sektor riil dan sektor finansial yang terus mengalami apresiasi.
Walaupun kebijakan ekspansif kembali ditambah, hal ini bukan menjadi pertanda bahwa perekonomian Indonesia melemah kembalii. Kebijakan ekspansif yang dilakukan adalah salah satu cara untuk menjaga nilai Rupiah dan juga mempercepat pemulihan.
Hal ini disebabkan apresiasi Rupiah yang dilihat sudah sangat signifikan dan terjadi secara terus menerus. Sehingga diperlukan adanya pengendalian agar perekonomian dalam segi transaksi internasional juga tidak terhambat.
Hasilnya, perekonomian Indonesia masih berhasil terus tumbuh walau diprediksi mengalami penurunan dari bulan sebelumya. Pertumbuhan ini terlihat dari data neraca dagang yang diprediksi masih akan surplus hingga Bulan November.
Diprediksi bahwa data neraca dagang pada Bulan November akan mencapai surplus sebesar $2,67 Miliar. Walau angka ini merupkana penurunan dari bulan sebelumnya yang mencapai $3,61 Miliar, angka ini masih menjadi pertanda bahwa perekonomian masih kuat.
Diprediksi bahwa surplus ini adalah sebab dari naiknya harga komoditas penting secara global. Komoditas penting yang dimaksud adalah komoditas yang memiliki pengaruh besar terhadap transaksi internasional dan pemasukan negara.
Dua komoditas utama yang nampaknya menjadi pendorong surplus ini adalah kelapa sawit dan juga batu bara. Harga CPO (Crude Palm Oil) nampaknya masih terus mengalami apresiasi yang membuat sektor kelapa sawit masih sangat menguntungkan.
Baca juga: INDY Diprediksi Terus Naik Bersama Pemulihan Batu Bara
Apresiasi di sektor kelapa sawit ini juga disebabkan oleh kondisi cuaca La Nina yang menyebabkan kelangkaan sehingga meningkatkan harganya. Sehingga mayoritas pelaku pasar sedang memanfaatkan momentum ini untuk mendapatkan keuntungan maksimal.
Selain itu, harga batu bara juga terlihat masih terus naik bersama dengan permintaan global yang mulai pulih. Selain itu, dengan banyaknya proyek batu bara di perusahaan lokal dengan asing, nampaknya batu bara akan menjadi salah satu penyebab surplus ini.
Oleh karena itu, sentimen surplus ini nampaknya akan kembali mendoong Rupiah untuk menguat terutama terhadap beberapa mata uang utama seperti Dolar Amerika. Sehingga, ke depannya sentimen terhadap Indonesia masih akan berlanjut untuk terus positif.
China Geser Amerika dari Asia Tenggara? Dalam lima tahun terakhir, pengaruh Amerika Serikat (AS) di Asia Tenggara mulai luntur, sementara […]
Nilai tukar rupiah di pasar spot melemah kembali sebesar 0,13% menjadi Rp15.000/US$ pada perdagangan hari ini, Rabu (31/5/2023). Pelemahan ini […]
Harga bitcoin (BTC) turun di bawah $28.000 selama sesi jam perdagangan AS pada hari Selasa (30/05). Akan tetapi, harga bitcoin […]
Apa itu Filecoin? Filecoin adalah jaringan peer-to-peer yang menyimpan file, menawarkan insentif ekonomi dan kriptografi bawaan untuk memastikan file disimpan dengan […]
Turis asing yang menggunakan kripto sebagai alat pembayaran di Bali akan “ditindak tegas,” otoritas setempat telah memperingatkan. Berbicara pada konferensi […]
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tidak pernah mengalami penguatan selama sebulan terakhir. Hal ini disebabkan oleh debt […]
© 2020 Trader Harian. 3th Floor, WTC 3, Jl. Jend. Sudirman, Kav 29-31, Jakarta, Indonesia 12920.