China Geser Posisi Amerika di Asia Tenggara
China Geser Amerika dari Asia Tenggara? Dalam lima tahun terakhir, pengaruh Amerika Serikat (AS) di Asia Tenggara mulai luntur, sementara […]
TINS resmi melepas PT Kutaraja Tembaga Raya sejak 23 September 2020. Langkah ini membuat PT Timah Tbk (TINS) resmi mengeluarkan Kutaraja dari laporan keuangan konsolidasi.
Sekretaris Perusahaan Timah, Muhammad Zulkarnaen, mengatakan bahwa likuidator Kutaraja Tembaga Raya telah menyelesaikan proses likuidasi pada 3 September 2020. Kemudian, Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) menyetujui laporan akhir likuidator tersebut pada 23 September 2020. Sehingga, proses ini telah selesai secara resmi yang membuat kepemilikan saham terhadap Kutaraja telah habis.
Zulkarnaen menekankan bahwa dengan selesainya pembubaran Kutaraja Tembaga Raya, perseroan bisa menghapus perusahaan tersebut dari laporan keuangan konsolidasi. Tetapi, perusahaan menyatakan bahwa, penghapusan ini tidak akan berdampak terhadap kondisi keuangan atau kelangsungan perseroan.
Kutaraja Tembaga Raya sendiri merupakan perusahaan yang bergerak di bidang mineral. PT Timah Tbk., memiliki 99,5% saham di perusahaan tersebut. Selain Kutaraja Tembaga Raya, Timah memiliki 14 anak usaha lain. Anak usaha ini bergerak di empat lini usaha, yakni pertambangan timah, hilirisasi timah, non-tin mining dan bisnis berbasis kompetensi.
Dengan adanya pandemi Covid-19, perseroan berencana menurunkan beban utang berbunga tinggi yang terutama berasal dari pinjaman perbankan. Kepala Divisi Keuangan Timah, Abdullah Umar, mengatakan, dengan efisiensi yang dilakukan, perseroan bisa menurunkan beban utang sebesar Rp 2,7 triliun dari periode akhir 2019 hingga kuartal kedua tahun 2020.
Perseroan juga belum berencana untuk menambah utang jangka panjang dalam bentuk obligasi. Saat ini, fokus utama sedang berada dalam pelunasan, dimana anak usahanya, MIND ID, ingin melunasi obligasi jatuh tempo Rp 600 Milyar pada September ini. Kemudian, untuk mengantisipasi penurunan penjualan ekspor, perseroan akan memperbesar pasar di Amerika. Selama ini, penjualan ekspor ke benua tersebut mencapai 7% hingga 8% dari penjualan secara menyeluruh.
Baca juga: Harga Emas Antam Turun! Apa Kabar Saham ANTM?
Sementara itu, pada semester pertama 2020, Timah mencatat produksi bijih timah sebesar 24.990 ton, turun 47,3% dibandingkan tahun sebelumnya. Adapun produksi logam menurun 26,2% menjadi 27.833 ton, serta penjualan logam turun 0,3% menjadi 31.508 ton. Dalam kurun waktu tersebut, Timah mencatatkan ekspor timah sebesar 98,3%. Ekspor tersebut ditujukan untuk lima negara tujuan utama, yakni Singapura sebesar 17,9%, Korea 16,2%, Tiongkok 14,8%, Amerika Serikat 11,2% dan India 11,2%. Total kontribusi ekspor timah kelima negara tersebut mencapai 71,3%.
Sampai dengan Juni 2020, pendapatan Timah tercatat sebesar Rp 7,98 triliun atau turun 18,5% dibandingkan tahun sebelumnya. Menurunnya pendapatan berdampak kepada pencapaian pada kuartal kedua tahun 2020 sebesar Rp 390,07 miliar. Namun, rugi ini membaik dari kuartal pertama 2020 yang sebesar Rp 412,86 miliar.
Dilansir dari Investor Daily
China Geser Amerika dari Asia Tenggara? Dalam lima tahun terakhir, pengaruh Amerika Serikat (AS) di Asia Tenggara mulai luntur, sementara […]
Nilai tukar rupiah di pasar spot melemah kembali sebesar 0,13% menjadi Rp15.000/US$ pada perdagangan hari ini, Rabu (31/5/2023). Pelemahan ini […]
Harga bitcoin (BTC) turun di bawah $28.000 selama sesi jam perdagangan AS pada hari Selasa (30/05). Akan tetapi, harga bitcoin […]
Apa itu Filecoin? Filecoin adalah jaringan peer-to-peer yang menyimpan file, menawarkan insentif ekonomi dan kriptografi bawaan untuk memastikan file disimpan dengan […]
Turis asing yang menggunakan kripto sebagai alat pembayaran di Bali akan “ditindak tegas,” otoritas setempat telah memperingatkan. Berbicara pada konferensi […]
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tidak pernah mengalami penguatan selama sebulan terakhir. Hal ini disebabkan oleh debt […]
© 2020 Trader Harian. 3th Floor, WTC 3, Jl. Jend. Sudirman, Kav 29-31, Jakarta, Indonesia 12920.