BRI Buyback Saham Rp1,5 Triliun, Ini Jadwalnya
BRI Buyback Saham Rp1,5 Triliun PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk berencana untuk melakukan pembelian kembali saham (buyback) senilai Rp […]
Laba Shell Sentuh Rekor Tertinggi!
Raksasa minyak Shell melaporkan laba kuartalan tertinggi sejak 2008 di tengah melonjaknya harga komoditas. Ini memicu seruan pengenaan pajak tak terduga satu kali pada perusahaan minyak dan gas untuk membantu tagihan energi warga Inggris.
Melansir laman CNBC, Kamis (5/5), Shell membukukan pendapatan yang disesuaikan sebesar $9,1 miliar selama tiga bulan hingga akhir Maret 2022.
Kinerja ini sejalan dengan ekspektasi analis yang disurvei Refinitiv. Raihan itu naik dibandingkan dengan capaian USD 3,2 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya dan USD 6,4 miliar untuk kuartal keempat pada 2021.
Perusahaan juga mengumumkan rencana untuk meningkatkan dividennya sekitar 4 persen menjadi USD 0,25 per saham untuk kuartal pertama.
Dari program pembelian kembali saham perusahaan senilai USD 8,5 miliar yang diumumkan untuk paruh pertama tahun ini, Shell mengatakan telah menyelesaikannya hingga saat ini senilai USD 4 miliar.
Adapun sisa pembelian kembali saham senilai $4,5 miliar dijadwalkan akan selesai sebelum pengumuman laba kuartal kedua. Tercatat saham perusahaan naik 3% pada Kamis pagi.
Hasil Shell menggemakan keuntungan besar yang terlihat di seluruh industri minyak dan gas. Bahkan ketika banyak perusahaan energi besar mengalami kerugian akibat keluar dari Rusia.
Adapun pesaing Shell yakni, BP mengumumkan rencana untuk meningkatkan pembelian kembali saham setelah laba bersih kuartal pertama melonjak ke level tertinggi dalam lebih dari satu dekade.
TotalEnergies Prancis, Equinor Norwegia dan raksasa minyak AS Chevron dan Exxon Mobil juga melaporkan laba kuartal pertama yang kuat karena melonjaknya harga komoditas.
Shell mengkonfirmasi telah mengambil $3,9 miliar dari biaya pasca-pajak pada kuartal pertama sebagai akibat keluarnya perusahaan dari Rusia.
Perusahaan mengatakan biaya ini diperkirakan tidak akan berdampak pada pendapatan yang disesuaikan.
“Perang di Ukraina adalah yang pertama dan terutama merupakan tragedi kemanusiaan. Tetapi juga menyebabkan gangguan signifikan pada pasar energi global dan telah menunjukkan bahwa energi yang aman, andal, dan terjangkau tidak dapat diterima begitu saja,” kata CEO Ben van Beurden dalam sebuah pernyataan.
“Dampak dari ketidakpastian ini dan biaya yang lebih tinggi yang menyertainya dirasakan jauh dan luas. Kami telah terlibat dengan pemerintah, pelanggan dan pemasok kami untuk bekerja melalui implikasi yang menantang dan memberikan dukungan dan solusi di mana kami bisa,” jelas dia.
Shell melaporkan kenaikan tajam dalam laba setahun penuh pada tahun 2021 karena rebound harga minyak dan gas.
BRI Buyback Saham Rp1,5 Triliun PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk berencana untuk melakukan pembelian kembali saham (buyback) senilai Rp […]
Bitcoin hari ini menguat? Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi memprediksi harga Bitcoin hari ini dibuka fluktuatif namun menguat di […]
PT Lini Imaji Kreasi Ekosistem Tbk akan segera melantai di Bursa Efek Indonesia dengan menggelar penawaran umum perdana saham (initial […]
Arab Saudi mulai jajaki CBDC nih~ Bank Sentral Arab Saudi (SAMA) mengatakan sedang melakukan eksperimen mata uang digitalnya dan saat […]
Kurs dolar hari ini, simak kabar berikut! Indeks dolar Amerika (AS) jeblok pada perdagangan Rabu pasca pengumuman suku bunga (The […]
PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) menjanjikan akan membagikan dividen sebanyak-banyaknya 50 persen dari laba bersih untuk tahun buku 2023. Direktur Keuangan […]
© 2020 Trader Harian. 3th Floor, WTC 3, Jl. Jend. Sudirman, Kav 29-31, Jakarta, Indonesia 12920.