China Geser Posisi Amerika di Asia Tenggara
China Geser Amerika dari Asia Tenggara? Dalam lima tahun terakhir, pengaruh Amerika Serikat (AS) di Asia Tenggara mulai luntur, sementara […]
Saham perusahaan distribusi gas alam cari (liquefied natural gas/LNG) milik Tommy Soeharto PT GTS Internasional Tbk (GTSI), yang melakukan debut hari ini, langsung anjlok hingga menyentuh batas auto rejection bawah (ARB) dan menjadi top losers pada awal perdagangan Rabu (8/9/2021).
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.35 WIB, saham GTSI ambles 7,00% ke Rp 93/saham dengan nilai transaksi Rp 3,31 miliar dan volume perdagangan 35,64 juta saham. Nilai kapitalisasi pasar GTSI mencapai Rp 1,47 triliun pagi ini.
Saham GTSI mengalami nasib yang berbeda dibandingkan keempat emiten lainnya yang sama-sama mencatatkan saham untuk kali pertama di bursa pada hari ini.
Keempat empat emiten yang dimaksud adalah perusahaan yang bergerak di bisnis teknologi informasi PT Global Sukses Solusi Tbk. (RUNS), perusahaan semen Merah Putih PT Cemindo Gemilang Tbk. (CMNT).
Kemudian, pengelola rumah sakit yang dikendalikan oleh Hungkang Sutedja PT Kedoya Adyaraya Tbk. (RSGK) dan perusahaan industri kimia anorganik gas PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk. (SBMA).
Keempatnya sama-sama menduduki 5 besar top gainers pagi ini. Saham RUNS, misalnya, melesat 9,45%, kemudian saham CMNT melejit 22,06%. Lalu, saham RSGK melesat hingga menyentuh batas auto rejection atas (ARA) 25,00% dan saham SBMA melonjak 34,44%.
Tidak seperti saham yang baru IPO lainnya, yang seringkali mencatatkan antrean beli yang sangat ‘panjang’, saham GTSI tidak mencatatkan antrean beli pagi ini. Sebaliknya, antrean jual sangat ‘mengular’ dengan antrean jual tertinggi ada di harga Rp 93/saham dengan jumlah 5,54 juta lot.
GTSI, yang berada di bawah payung Grup Humpus–dengan induk usaha PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk (HITS)–melepas sebanyak 2,4 miliar saham baru atau setara dengan 17,6% dari seluruh modal ditempatkan dan disetor.
Berdasarkan hasil bookbuilding, perusahaan menetapkan harga penawaran umum Rp 100 per saham, sehingga perusahaan bakal meraih dana IPO sebesar Rp 240 miliar.
Direktur GTS Internasional Dandun Widodo mengatakan, dana hasil IPO akan digunakan untuk memenuhi pendanaan pembangunan kapal dan injeksi modal dari partner bisnis perusahaan dalam bentuk investasi jangka panjang.
“Pembangunan kapal untuk permanent FSRU di Amurang itu diperkirakan sekitar US$ 55 juta. Salah satu proceed yang kita dapatkan adalah untuk membantu pembangunan itu dari sisi equity,” kata Dandun dalam konferensi pers penawaran umum saham, Kamis (19/8/2021).
Kemudian 20% atau US$ 6 juta untuk modal kerja perseroan seperti operasional perusahaan yang meliputi antara lain cadangan docking, membangun war room sistem akuntansi dan keuangan, shipping monitoring online system.
Lalu 16% atau US$ 4,8 juta untuk penyertaan modal kepada Anoa sehingga diharapkan bisa memperkuat struktur permodalan dan modal kerja anak usaha.
Baca juga: Data Cadangan Gas Amerika Akan Dipublikasi Bersama Dana Bantuan
China Geser Amerika dari Asia Tenggara? Dalam lima tahun terakhir, pengaruh Amerika Serikat (AS) di Asia Tenggara mulai luntur, sementara […]
Nilai tukar rupiah di pasar spot melemah kembali sebesar 0,13% menjadi Rp15.000/US$ pada perdagangan hari ini, Rabu (31/5/2023). Pelemahan ini […]
Harga bitcoin (BTC) turun di bawah $28.000 selama sesi jam perdagangan AS pada hari Selasa (30/05). Akan tetapi, harga bitcoin […]
Apa itu Filecoin? Filecoin adalah jaringan peer-to-peer yang menyimpan file, menawarkan insentif ekonomi dan kriptografi bawaan untuk memastikan file disimpan dengan […]
Turis asing yang menggunakan kripto sebagai alat pembayaran di Bali akan “ditindak tegas,” otoritas setempat telah memperingatkan. Berbicara pada konferensi […]
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tidak pernah mengalami penguatan selama sebulan terakhir. Hal ini disebabkan oleh debt […]
© 2020 Trader Harian. 3th Floor, WTC 3, Jl. Jend. Sudirman, Kav 29-31, Jakarta, Indonesia 12920.