Harga Token Shiba Inu Naik 34%, Apa Pendorongnya?
Harga token Shiba Inu (SHIB) meroket 34 persen. Dengan volume perdagangan menyentuh USD 3,41 miliar atau sekitar Rp 50,1 triliun […]
Neraca dagang Australia dikabarkan surplus sebesar $8,25 Milyar akibat Ekspor yang dikabarkan naik sebesar 3,5% dibandingkan bulan lalu, dari pendapatan bijih besi dan emas.
Australia walau terkena pandemi Covid-19, telah mengalami neraca dagang yang surplus hingga periode ini, yang mendorong posisi ketertarikan Australia sebagai rekan dagang. Pada Bulan Juni 2020, surplus pada neraca dagang tercatat sebesar $8,2 Milyar dan Juli 2020 telah naik menjadi $8,25 Milyar.
Neraca dagang yang positif ini bukan hanya terlihat dari Juni 2020, namun pada Bulan Mei 2020, terlihat bahwa neraca dagang juga surplus. Tercatat bahwa pada Bulan Mei 2020, neraca dagang surplus sebesar $7,3 Milyar. Angka ini membuat peningkatan pada Bulan Juli 2020 sebesar $8,25 Milyar terlihat sangat baik walau terdapat dampak virus Covid-19
Surplus neraca dagang pada Bulan Juli 2020, dikabarkan akibat dari pendapatan ekspor yang naik sebesar 3,5%. Kenaikan 3,5% ini membuat pendapatan ekspor Australia menjadi $1,219 Juta. Seperti yang sudah diprediksi, pendorong utama pendapatan ini disebabkan oleh pendapatan ekspor bijih besi sebesar $941 Juta. Selain itu, pendorong utamanya adalah pendapatan dari emas sebesar $678 Juta.
Namun, terdapat pelemahan dimana ekspor batu bara dan minyak terlihat melemah sebesar $1,2 Milyar jika digabungkan. Selain itu, impor juga naik sekitar 1,3% setelah sempat mengalami penurunan.
Akibat adanya kabar positif ini, Dolar Australia masih menjaga apresiasinya terhadap beberapa mata uang utama yang telah terjadi sejak akhir Maret 2020. Tercatat bahwa dari akhir Maret 2020 hingga hari ini, kenaikan nilai Dolar Australia sudah mencapai sekitar 24%.
Namun, nampaknya kabar dari neraca dagang yang surplus pada Bulan Juli ini belum menghasilkan kabar positif bagi Dolar Australia. Hal ini disebabkan oleh sejak awal bulan ini hingga setelah kabar keluar, Dolar Australia telah turun sebesar 1,05%. Penurunan ini dapat disebabkan oleh impor yang naik.
Baca juga: Dolar Kanada Masih Melemah Terhadap Yen Jepang
Tetapi, penurunan yang terjadi ada kemungkinan besar juga akibat dari pemegang kebijakan yang ingin mengatur nilai Dolar Australia agar tidak terlalu mahal. Karena jika mata uang nilainya turun ada kemungkinan besar bahwa ekspor naik, akibat murahnya harga barang dan jasa di negara tersebut. Sehingga, penurunan Dolar Australia pada awal bulan ini dapat diperkirakan hanya sebagai koreksi kecil untuk menjaga Kesehatan perekonomian Australia.
Kemungkinan lainnya juga bisa terjadi akibat ada beberapa pihak atau trader yang mengambil keuntungan setelah kenaikan yang cukup tinggi. Dorongan ini juga dapat terjadi yang berujung kemungkinan hanya sebagai koreksi akibat kuatnya fundamental Australia.
Harga token Shiba Inu (SHIB) meroket 34 persen. Dengan volume perdagangan menyentuh USD 3,41 miliar atau sekitar Rp 50,1 triliun […]
IHSG Awal Pekan di Zona Hijau Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan awal pekan ini, Senin (15/8/2022) di zona […]
Ethereum naik ke level tertinggi dua bulan setelah pengembang berhasil menyelesaikan gladi bersih terakhir untuk peningkatan penting yang diharapkan selesai […]
Tren Investasi di Indonesia Semakin Meningkat, Namun Masih Kurang Literasi? Kepala Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan generasi muda di bawah […]
Saham Indofood Melemah Dampak Melonjaknya Harga Gandum Harga saham duo emiten konsumen milik Grup Salim bergerak melemah pada perdagangan hari ini, […]
Garuda Indonesia Tunda Right Issue, Kenapa ya? PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) menunda agenda persetujuan pemegang saham terkait penambahan modal […]
© 2020 Trader Harian. 3th Floor, WTC 3, Jl. Jend. Sudirman, Kav 29-31, Jakarta, Indonesia 12920.