Yield chasing atau perilaku mengejar keuangan adalah situasi dimana investor mengejar keuntungan yang lebih tinggi walau risiko lebih berbahaya. Umumnya perilaku ini terjadi di pasar keuangan saat ada suatu aset yang keuntungannya turun. 

Mengenal Istilah Yield Chasing

Istilah ini mengacu pada sifat seorang investor yang umumnya ingin mengejar suatu keuntungan yang tidak pasti akibat aset saat ini keuntungannya turun. Salah satu contoh nyatanya adalah di salah satu aset keuangan yang menyangkut negara.

Aset tersebut adalah obligasi negara dimana keuntungannya dipengaruhi secara signifikan oleh kondisi pasar. Contoh kasus nyatanya adalah saat bank sentral merendahkan suku bunga acuannya mencapai nol atau bahkan negatif. 

Akibat kondisi rendahnya suku bunga acuan, obligasi negara yang tergolong investasi dari pendapatan tetap akan turun keuntungannya. Oleh karena itu ada beberapa pihak yang mengejar keuntungan dengan berpindah dari obligasi tersebut menuju aset lainnya.

Walau obligasi negara memiliki kepastian yang lebih tinggi, investor dengan sifat ini akan tetap berpindah. Hal ini disebabkan sifat dasarnya yang ingin mencari keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan stabilitas. 

Pilihan tersebut didasari oleh kenyataan dari individu tersebut yang memiliki sifat risk taker. Dalam pasar keuangan, terdapat dua jenis investor dan trader yaitu yang memiliki sifat risk taker dan juga sifat risk averse.

Mendalami Sifat Risk Taker  

Risk taker berarti individu tersebut memiliki preferensi yang tinggi terhadap risiko, berarti individu tersebut menyukai risiko tinggi. Sedangkan risk averse adalah sifat dimana individu tersebut tidak menyukai risiko. 

Yield chasers atau pengejar keuntungan ini memiliki sifat risk taker akibat mereka lebih memilih untuk pindah ke aset yang keuntungannya lebih tinggi daripada aset yang keuntungannya rendah namun pasti. 

Baca juga: Istilah Falling Knife dalam Trading Forex, Peringatan Penting Bagi Trader

Sifat ini adalah sifat yang umum di beberapa kalangan investor, dimana mereka lebih memiliki mental “judi” akibat pengetahuannya yang tinggi bersama “hawa nafsu”-nya yang juga tinggi. 

Hal ini disebabkan kenyataannya mereka mengetahui bahwa terdapat risiko tinggi dari aset tersebut terutama saat suatu aset yang pasti, memiliki keuntungan yang turun. Namun akibat sifat pengambil risikonya mereka tetap mengejar. 

Umumnya individu ini memiliki dana yang cukup atau pemula yang kurang edukasi. Yang berbahaya adalah kalangan kedua, sehingga perlu diingat kembali, bahwa untuk terjun ke pasar keuangan, perlu edukasi dan juga manajemen risiko serta strategi agar psikologis tetap aman. 

Tags: