Bursa saham Asia dibuka menghijau pada perdagangan Senin (30/5/2022). Di mana investor akan memantau sejumlah rilis data ekonomi global yang akan dirilis pada pekan ini.

Indeks Nikkei Jepang dibuka melejit 1,19%. Kemudian Hang Seng melonjak 1,13%, Shanghai Composite China menguat 0,33%. Sedangkan Straits Times Singapura melaju 0,3%, ASX 200 Australia melesat 0,86%, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,88%.

Meski di kawasan Asia-Pasifik pada hari ini tidak ada rilis agenda dan data ekonomi, tetapi investor tetap memantau beberapa rilis data ekonomi penting yang akan dirilis pada pekan ini. dimulai pada Selasa besok yakni data aktivitas manufaktur China pada periode Mei 2022.

Bursa Asia-Pasifik yang cenderung kembali bergairah pada hari ini terjadi setelah bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street, berhasil kembali menguat pada perdagangan Jumat pekan lalu. Dengan ini, Wall Street sudah menguat selama tiga hari beruntun.

Pada Jumat pekan lalu, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melonjak 1,76% ke level 33.212,96, S&P 500 melejit 2,47% ke 4.158,24, dan Nasdaq Composite terbang 3,33% ke posisi 12.131,13.

Sepanjang pekan lalu, Dow Jones terhitung melompat 6,2% dan memutus koreksi 8 pekan beruntun yang merupakan pelemahan terpanjang sejak tahun 1923. Indeks S&P 500 lompat 6,5% sementara Nasdaq melesat 6,8% pada periode yang sama. Keduanya sukses mengakhiri koreksi 7 pekan beruntun.

Kini, Nasdaq terpaut 25,2% dari rekor tertinggi sepanjang masanya, sementara S&P 500 dan Dow terhitung 13,7% dan 10,1% dari posisi tertinggi sepanjang sejarah masing-masing.

“Kita telah mencapai jalan panjang cukup cepat dan jika bisa melakukan stabilisasi di sini, maka penurunan yang kita lihat bisa jadi cukup atau mendekati cukup,” tutur Tom Martin, manajer portofolio senior Globalt Investments, kepada CNBC International.

Baca juga: Bursa Asia Menghijau Meski Ada Perang

Optimisme pasar bangkit setelah inflasi dilaporkan melambat. Dengan belanja konsumsi perorangan (personal consumption expenditure/PCE) tumbuh 4,9% per April 2022. Atau melambat jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 5,2%.

Indeks PCE menjadi acuan bank sentral AS (Federal Reserve) untuk menentukan langkah moneter mereka selanjutnya. Jika inflasi terkendali, maka langkah agresif penaikan suku bunga AS bisa dihindari dan membantu mengurangi tekanan atas saham teknologi.

Jumat pekan lalu waktu AS, saham teknologi melesat. Di antaranya emiten software Autodesk yang melompat 10,3% setelah merilis kinerja keuangannya per kuartal I-2022. Sementara itu, saham Dell Technologies melesat 12,8%.

Investor juga menyambut positif kinerja emiten peritel seperti Gap yang sahamnya melesat 4,3% meski perseroan memangkas target laba bersihnya. Inflasi yang terkendali akan membuat daya beli masyarakat menguat, sehingga membantu mendongkrak belanja ritel.

Optimisme akan perlandaian inflasi tersebut memicu pelemahan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) tenor 10 tahun (yang menjadi acuan pasar), ke bawah level 2,75% dari posisi tertinggi sepanjang tahun ini di angka 3%.

Meski demikian, pelaku pasar masih menimbang-nimbang prospek keberlanjutan penguatan sepekan tersebut. Untuk melihat apakah koreksi yang terjadi sudah menyentuh dasarnya ataukah masih berlanjut.

Pasalnya, situasi global masih dicekam ketidakpastian akibat perang Rusia-Ukraina yang masih terjadi hingga kini dan belum ada tanda-tanda akan damai.

 

Sumber

Baca juga: Wall Street Merah karena Inflasi, IHSG Menyusul?