Neraca Pembayaran Indonesia membukukan defisit pada kuartal I-2022. Surplus transaksi berjalan tidak mampu menutup ‘lubang’ di transaksi modal dan finansial.

Pada Jumat (20/5/2022), Bank Indonesia (BI) mengumumkan NPI mengalami defisit US$ 1,8 miliar pada Januari-Maret 2022. “Surplus transaksi berjalan masih berlanjut di tengah defisit transaksi modal dan finansial sehingga NPI mengalami defisit,” sebut keterangan tertulis BI.

Transaksi berjalan mencatat surplus US$ 0,2 miliar atau 0,1% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Ini membuat transaksi berjalan alias current account mengalami surplus tiga kuartal beruntun.

“Kinerja positif tersebut ditopang oleh surplus neraca perdagangan nonmigas yang tetap kuat seiring dengan harga ekspor komoditas global yang masih tinggi. Seperti batu bara dan CPO, di tengah peningkatan defisit neraca perdagangan migas sejalan dengan kenaikan harga minyak dunia. Sementara itu, defisit neraca jasa meningkat sejalan dengan perbaikan aktivitas ekonomi yang terus berlanjut dan kenaikan jumlah kunjungan wisatawan nasional ke luar negeri pasca pelonggaran kebijakan pembatasan perjalanan antarnegara dan penyelenggaraan ibadah umrah yang kembali dibuka. Di sisi lain, defisit neraca pendapatan primer membaik sehingga menopang berlanjutnya surplus transaksi berjalan,” papar laporan BI.

Baca juga: Neraca Dagang Indonesia Surplus, Rupiah Terus Kalahkan Dolar AS

Akan tetapi, transaksi modal dan finansial yang biasanya surplus malah negatif. Pada kuartal I-2022, terjadi defisit US$ 1,7 miliar (0,5% PDB).

Sejatinya arus modal tetap mengalir ke Indonesia, tetapi lebih ke sektor riil. Aliran investasi langsung pada kuartal I-2022 tercatat US$ 4,5 miliar, lebih besar dibandingkan dengan capaian pada kuartal sebelumnya yang US$ 3,8 miliar.

Namun di pasar keuangan yang terjadi adalah sebaliknya. Ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina dan rencana percepatan normalisasi kebijakan moneter di negara maju menyebabkan aliran keluar investasi portofolio.Selain itu, transaksi investasi lainnya mencatat defisit yang lebih besar dari kuartal sebelumnya antara lain disebabkan oleh peningkatan piutang dagang dan penempatan ke aset valas sejalan dengan masih tingginya aktivitas ekspor.

“Ke depan, Bank Indonesia senantiasa mencermati dinamika perekonomian global yang dapat memengaruhi prospek NPI dan terus memperkuat bauran kebijakan guna menjaga stabilitas perekonomian, serta melanjutkan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas terkait guna memperkuat ketahanan sektor eksternal,” tutup laporan BI.

 

Sumber

Baca juga: Thailand Menuju Defisit Transaksi Berjalan Rp148,32 Triliun