Bank Jago dan Carsome Indonesia Collab!
PT Bank Jago Tbk berkolaborasi dengan platform e-commerce jual beli mobil bekas di Indonesia PT Carsome Indonesia. Kolaborasi antara kedua […]
Harga emas masih berkutat di zona negatif. Pada perdagangan Rabu (11/5) pukul 06:40 WIB, harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.834,78 per troy ons. Melemah 0,18%. Melemahnya harga emas melanjutkan tren negatif yang sudah berlangsung sejak awal pekan. Pada perdagangan Senin dan Selasa (9-10 Mei), harga emas juga melemah.
Dalam sepekan, harga emas sudah terkoreksi 2,24% secara point to point sementara dalam sebulan melemah 6,7%, Namun, dalam setahun, harga emas masih menguat 1,06%.
Pelemahan emas masih disebabkan oleh penguatan dolar Amerika Serikat (AS), ekspektasi kenaikan suku bunga acuan The Fed, serta sikap investor yang menunggu data inflasi AS. Data inflasi AS akan diumumkan Rabu (11/5/2022) waktu setempat.
“Emas sempat naik dan bergerak stabil tetapi investor masih khawatir menjelang pengumuman inflasi AS dan seberapa agresif The Fed,” ujar Edward Moya, analis dari OANDA, seperti dikutip Reuters.
Pergerakan inflasi akan menjadi patokan The Fed dalam menentukan suku bunga acuan mereka. Pasar semakin berekspektasi bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga secara agresif pada tahun ini setelah Presiden Fed New York John Williams yang mengatakan Fed akan segera bertindak cepat untuk menekan inflasi.
“Meskipun tugasnya sulit tetapi bukan tidak bisa diatasi. Kami mempunyai alat untuk mengembalikan keseimbangan ekonomi sekaligus memulihkan stabilitas harga,” papar Williams seperti dikutip Reuters.
Sementara itu, Rupiah berakhir stagnan melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada Selasa kemarin. Nyaris sepanjang perdagangan rupiah mampu mampu mempertahankan penguatan. Kinerja tersebut membaik ketimbang awal pekan ini saat rupiah terpuruk yang membawanya ke level terlemah 10 bulan.
Pada perdagangan hari ini, Rabu (11/5) rupiah berpeluang bangkit melihat pergerakan bursa saham AS (Wall Street) yang mulai bangkit. Indeks S&P 500 menguat 0,25%, Nasdaq nyaris 1%, hanya indeks Dow Jones yang masih melemah 0,26%.
Wall Street yang mulai bangkit menjadi indikasi sentimen pelaku pasar yang mulai membaik dan kembali masuk ke aset-aset berisiko yang bisa berdampak positif ke rupiah. Dalam dua hari terakhir, investor asing tercatat melakukan aksi jual bersih sekitar Rp 5,2 triliun di pasar saham Indonesia. Jika hari ini berbalik menjadi beli bersih, peluang rupiah untuk kembali menguat semakin besar.
PT Bank Jago Tbk berkolaborasi dengan platform e-commerce jual beli mobil bekas di Indonesia PT Carsome Indonesia. Kolaborasi antara kedua […]
Neraca Pembayaran Indonesia membukukan defisit pada kuartal I-2022. Surplus transaksi berjalan tidak mampu menutup ‘lubang’ di transaksi modal dan finansial. […]
Shiba Inu Blokir Pengguna! Gara-gara apa sih? Daeveloper Metaverse Shiba Inu (SHIB), mengumumkan salah satu alamat dompet pengguna telah masuk […]
Korsel Investigasi Anjloknya LUNA dan UST Regulator keuangan top Korea Selatan telah meluncurkan penyelidikan darurat terhadap runtuhnya cryptocurrency LUNA dan stablecoin […]
Wall Street Anjlok, Dow Jones Koreksi Terbesar sejak 2020 Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street kembali anjlok pada […]
Bank Dunia sediakan dana sebesar 30 miliar dolar AS untuk membantu membendung krisis ketahanan pangan, akibat konflik Rusia-Ukraina. Konflik ini […]
© 2020 Trader Harian. 3th Floor, WTC 3, Jl. Jend. Sudirman, Kav 29-31, Jakarta, Indonesia 12920.