Crypto hari ini terkoreksi lagi, cek di bawah ini ya!
Bitcoin dan crypto hari ini terpantau alami pergerakan yang beragam. Mayoritas crypto jajaran teratas terpantau kembali berada di zona merah. […]
Dampak Perang Rusia-Ukraina ke Indonesia
Konflik yang terus berkecamuk antara Rusia dan Ukraina tidak hanya berdampak pada kedua negara tersebut, namun juga berdampak ke negara lain, tak terkecuali Indonesia.
Salah satunya yang mengkhawatirkan adalah kenaikan harga minyak mentah dunia, dalam hal ini Brent, yang melonjak dan sempat menyentuh level tertinggi hingga US$ 105 per barel. Naiknya harga minyak mentah dunia itu memicu kenaikan harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP).
Dengan harga ICP yang ikut melonjak itu, tentunya ada gap yang jauh antara asumsi ICP dalam APBN tahun 2022 yang hanya US$ 63 per barel.
“Kita terus monitor dan antisipasi dampaknya. Tidak hanya harga minyak, tapi harga LPG seperti CP Aramco,” ungkap Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian Energi dan sumber Daya Mineral (ESDM), Agung Pribadi.
Karena itu, Agung mengatakan kenaikan harga minyak mentah dunia turut mempengaruhi APBN. yang mana beban subsidi, khususnya BBM dan LPG juga meningkat dan bisa melebihi asumsi APBN 2022.
Selain itu, kenaikan ICP juga memberikan dampak terhadap subsidi dan kompensasi listrik, mengingat masih terdapat penggunaan BBM dalam pembangkit listrik. Setiap kenaikan ICP sebesar US$ 1 per barel berdampak pada tambahan subsidi dan kompensasi listrik sebesar Rp 295 miliar.
Tidak hanya di sektor energi, konflik kedua negara tadi juga dapat berdampak ke sektor komoditas yang lain. Analis menilai konflik ini akan berdampak negatif terhadap rantai pasokan komoditas lunak seperti jagung, gandum, barley dan lain-lain. Selain itu, juga terhadap rantai pasokan komoditas logam seperti tembaga dan nikel.
“Kami percaya gangguan dalam rantai pasokan komoditas lunak kemungkinan akan mendongkrak harga pangan,” ujar Natalia Sutanto, analis BRI Danareksa Sekuritas dalam riset yang dirilis, Kamis (24/2/2022).
Perlu diperhatikan bahwa Rusia adalah pengekspor gandum utama dunia. Dikombinasikan dengan Ukraina, kedua negara ini menyumbang sekitar 29% dari pasar ekspor gandum dunia.
“Meskipun musim panen beberapa bulan lagi, konflik berkepanjangan akan menciptakan kekurangan komoditas lunak dan harga yang lebih tinggi. Harga gandum dan jagung sudah melonjak,” ujarnya.
Danareksa mencatat, gandum berjangka telah melonjak 12% sejak awal tahun 2022, sementara jagung berjangka juga melonjak 14,5% sejak awal 2022.
“Namun, ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina mungkin mengganggu rantai pasokan pangan global. Fluktuasi harga komoditas mungkin menimbulkan risiko penurunan pada margin perusahaan consumer dan memperpanjang pemulihan kinerja keuangan,” pungkasnya.
Baca juga: Bank Dunia dan IMF Siapkan Bantuan Dana untuk Ukraina
Bitcoin dan crypto hari ini terpantau alami pergerakan yang beragam. Mayoritas crypto jajaran teratas terpantau kembali berada di zona merah. […]
PT Hassana Boga Sejahtera Tbk (NAYZ) meresmikan pencatatan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan yang bergerak di bidang industri […]
Apa itu book building? Istiliah book building merujuk pada periode penawaran awal dari sebuah saham dari calon emiten yang go […]
Waspada kejahatan di metaverse! Salah satu masalah utama dengan platform metaverse adalah privasi. Orang mungkin mengungkapkan data yang lebih sensitif dan […]
BRI Buyback Saham Rp1,5 Triliun PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk berencana untuk melakukan pembelian kembali saham (buyback) senilai Rp […]
Bitcoin hari ini menguat? Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi memprediksi harga Bitcoin hari ini dibuka fluktuatif namun menguat di […]
© 2020 Trader Harian. 3th Floor, WTC 3, Jl. Jend. Sudirman, Kav 29-31, Jakarta, Indonesia 12920.