Ekonomi Inggris dikabarkan mengalami dampak yang lebih parah dair perkiraan akibat dari virus Covid-19. Kabar tersebut dianalisis dari pergerakan ekonomi semenjak datangnya Covid-19.

Ekonomi Inggris Lesu

Perekonomian Inggris mengalami penurunan sejak Bulan Januari hingga Bulan Maret, hingga mencapai angka 2,2%. Angka ini merupakan angka yang besar akibat angka ini hanya pernah terjadi pada tahun 1979 saat perekonomian sedang buruk. Dengan adanya data ini, dari Pusat Statistik Negara Inggris, merevisi perkiraannya terhadap turunnya perekonomian Inggris. Awalnya, prediksi yang dibuat tentang Inggris adalah, perekonomiannya akan turun sebesar 2%. Namun kenyataannya, ternyata lebih dari 2%.

Seluruh penurunan ini dikabarkan terjadi akibat Bulan Maret, dimana dampak dari virus Covid-19 sangat terasa bahkan hingga menjelma ke skala global. Data yang beredar mengenai penurunan ekonomi Inggris, muncul dari naskah pidato yang akan disampaikan oleh perdana Menteri mengenai perekonomian Inggris. Merespon data ini, deputi dari pusat statistik Inggris menyatakan bahwa prediksi yang diberikan oleh pusat statistik ternyata telah terlihat meleset hingga kuartal pertama tahun ini.

Penurunan Tajam

Jika dibandingkan dengan periode tiga bulan yang sama pada tahun lalu, perekonomian pada tahun ini turun sebesar 1,7%. Angka ini lebih besar dari perkiraan oleh pusat statistik Inggris yang memprediksi penurunan akan terjadi sebesar 1,6%. Namun, dengan karantina yang baru diterapkan secara resmi pada 21 Maret, nampaknya di kuartal kedua, ekonomi akan turun lebih tajam.

Data yang baru dipublikasi, menyatakan bahwa perekonomian jatuh tajam sebesar 20,4% di Bulan April. Angka ini merupakan angka yang besar, bahkan penurunan terbesar dalam satu bulan dibanding bulan-bulan sebelumnya. Penurunan ini lebih besar daripada penurunan pada krisis 2008 hingga 2009.

Samuel Tombs, Kepala Ekonomis Inggris di Pantheon Macroeconomics, menyatakan bahwa data tersebut menunjukkan adanya kontraksi ekonomi terbesar sejak 40 tahun, walau di kuartal satu hanya terdapat Sembilan hari dengan karantina resmi. Data tersebut beliau prediksi hanya pembukaan terhadap penurunan tajam yang akan terus terjadi kepada ekonomi Inggris.

Baca juga: Pound Sterling Konsolidasi Menunggu Beberapa Berita

Pidato Boris Johnson

Pada Hari Ini, Boris Johnson, Perdana Menteri Inggris, akan menyampaikan pidatonya yang berisi bagaimana pemerintah akan membantu membangun kembali ekonomi Inggris. Diperkirakan bahwa Johnson akan menyampaikan bahwa kebangkitan Inggris akan dilakukan bersama dengan penyelesaian masalah dasar dari Inggris, walau belum diketahui apa masalah yang direferensinya.

Satu hal yang jelas dari pidato beliau adalah, Johnson akan menyampaikan rencana barunya mengenai anggaran yang akan dikeluarkan sebesar 5 Milyar Pound Sterling. Anggaran ini ditujukan untuk pembangunan infrastruktur yang diharapakan membangun ekonomi kembali.

Pidato ini merupakan salah satu hal yang telah ditunggu dan menjadi hal yang penting bagi Pound Sterling (GBP). Pidato ini dapat memberikan dorongan bagi GBP terutama terhadap Dolar Amerika (USD) akibat pergerakannya yang sedang melemah dari awal Bulan Juni.

Pergerakan Harian GBP USD

Dapat dilihat bahwa sejak pekan kedua Bulan Juni, GBP mengalami depresiasi tinggi terhadap USD. Namun, belum ada pergerakan yang jelas yang membuat GBP USD bergerak di fase konsolidasi. Fase konsolidasi ini terlihat dari pergerakan GBP USD yang bergerak antara zona penawaran (zona hijau) dan zona permintaan (zona merah). Kedua zona ini berperan sebagai batas atas dan batas bawah, dan dapat dilihat, sekarang GBP USD berasa di batas bawah. Kedepannya, pidato tersebut dapat berpotensi mengembalikan pergerakan ke zona hijau, akibat harapan positif yang diberikannya. Namun, jika pidato tersebut tidak cukup untuk mendorong, ada kemungkinan GBP akan terus terdepresiasi hingga keluar dari zona konsolidasi.

Tags: