Bitcoin Turun Lagi!

Harga kripto utama kembali terkoreksi parah pada perdagangan Selasa (14/6/2022), karena investor menilai bahwa risiko makroekonomi global semakin meningkat setelah rilis data inflasi Amerika Serikat (AS).

Melansir data dari CoinMarketCap pada pukul 09:30 WIB hari ini, koreksi Bitcoin dan Ethereum semakin membesar. Bitcoin ambruk hingga 16,43% ke harga US$ 21.406,21/koin atau setara dengan Rp 314.671.287/koin (asumsi kurs Rp 14.700/US$), Ethereum anjlok hingga 16,74% ke US$ 1.124,71/koin atau Rp 16.533.237/koin.

Sedangkan beberapa koin digital (token) alternatif (altcoin) seperti BNB longsor 14,15% ke US$ 206,2/koin (Rp 3.031.140/koin) dan XRP ambruk 10,09% ke US$ 0,2969/koin (Rp 4.364/koin).

Sedangkan untuk token stablecoin seperti Tether (USDT), USD Coin (USDC), dan Binance USD (BUSD) terpantau sedikit terkoreksi pada hari ini. Hanya stablecoin DAI yang menguat tipis pada hari ini. Token DAI menyalip posisi Dogecoin yang sebelumnya menduduki posisi ke-10.

Koreksi Bitcoin semakin parah pada perdagangan pagi hari ini, di mana Bitcoin menyentuh zona psikologisnya di US$ 21.000, menjadi posisi terendah sejak Desember 2020.

Baca juga: Beli NFT Bisa Bayar Pakai Mastercard, Keren!

Tak hanya Bitcoin saja, Ethereum juga menembus posisi terendahnya dalam setahun terakhir. Pada hari ini saja, Ethereum diperdagangkan di kisaran US$ 1.100.

Investor masih belum kembali memburu aset kripto karena risiko makroekonomi global masih cukup besar. Risiko makroekonomi global makin membesar setelah inflasi AS pada Mei lalu kembali melonjak. Padahal sebelumnya, pelaku pasar berekspektasi bahwa inflasi AS pada bulan lalu akan melandai.

Pada Jumat pekan lalu, inflasi dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) AS per Mei 2022 dilaporkan sebesar 8,6% secara tahunan (year-on-year/yoy), menjadi yang terpanas sejak Desember 1981. Inflasi inti yang tak memasukkan harga makanan dan energi juga di atas perkiraan sebesar 6%.

Harga bahan bakar minyak (BBM) di AS melonjak ke US$ 5/galon pada pekan lalu, kian mengipasi ketakutan atas inflasi dan jatuhnya kepercayaan konsumen.

Dengan inflasi yang kembali meninggi, bahkan lebih tinggi dari periode Maret lalu, maka pelaku pasar semakin yakin bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan menaikkan suku bunga secara agresif.

 

Sumber

Baca juga: 10 Kabar Pasar di Akhir Pekan, Yuk Simak