Mayoritas emiten nampaknya sedang mencari pendanaan melalui pasar modal yaitu dengan rights issue dan private placement.
Mayoritas Emiten Mencari Pendanaan
Dalam beberapa hari ke depan, terdapat dua emiten yang mendekati tanggal cum rights masing-masing. Salah satunya adalah PT Bank Jago Tbk (ARTO) pada 4 Maret 2021 yang melaksanakan rights issue dengan harga Rp 2.350.
Perusahaan lainnya adalah PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) yang memasuki cum date pada 19 Maret 2021 dengan harga pelaksanaan Rp 126. Terdapat lima emiten lain yang akan rights issue dan sedang dalam proses permohonan persetujuan kepada para pemegang saham.
Emiten tersebut antara lain PT Asuransi Jasa Tania Tbk (AJST) pada akhir Februari 2021 dan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN).
Kemudian Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) untuk persetujuan rights issue juga akan dilakukan oleh tiga perusahaan lainnya.
Perusahaan ini adalah PT Centratama Telekomunikasi Indonesia Tbk (CENT) pada 15 Maret 2021, PT Yelooo Integra Datanet Tbk (YELO) diselenggarakan pada 30 Maret 2021, dan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) diselenggarakan pada 1 April 2021.
Analis CSA Research Institute, Reza Priyambada, menjelaskan, terlepas dari harga pelaksanaan maupun tujuan penggunaan dana, menarik dieksekusi lantaran harga saham emiten terkait akan mengalami penurunan sebelum pelaksanaan rights issue.
Rekomendasi Analis
Namun menurutnya, perlu pertimbangan lebih dalam lagi prospek ke depan dan potensi kenaikan harga serta tujuan penggunaan dana. Rights issue yang menarik dieksekusi adalah yang penggunaan dananya untuk ekspansi atau akuisisi yang memberikan nilai tambah bagi emiten.
Dalam wawancaranya dengan Kontan.co.id, Reza menyatakan,
“Kalau ARTO yang akan diambil oleh GIC Private Limited milik pemerintah Singapura ini harus dilihat lagi tujuannya apakah untuk diversifikasi atau ada transfer knowledge maupun teknologi. Akan menarik apabila ada nilai tambah bagi ARTO yang berencana menjadi bank digital,”.
Dari sejumlah emiten yang akan melakukan rights issue, Reza melihat yang paling menarik untuk dieksekusi adalah FREN, SMRA dan ENRG.
Alasannya, saham SMRA telah memiliki catatan likuiditas yang cukup panjang untuk bisa diamati pola pergerakan harganya. Selain itu saham ini didukung dengan gelontoran insentif di sektor properti salah satunya PPN 0% untuk rumah siap huni di bawah Rp 2 miliar.
ENRG juga memiliki sentimen positif. Hal ini disebabkan penggunaan dananya untuk mengakuisisi Energi Mega Pratama Inc pengelola Blok Kangean dari jumlah kepemilikan 50% menjadi 75%.
Saat ini harga saham ENRG saat ini masih di kisaran Rp 117, sedangkan pelaksanaan rights issue Rp 126. Harga rights issue yang tinggi itu diharapkan ada hal premium yang mereka tawarkan yang menurut Reza adalah keuntungan dari saham tersebut.
Sedangkan untuk FREN, rights issue ini menjadi sentimen positif sehingga beban utang bisa ditekan dan menekan kerugian.
Dari ketiga saham tersebut, hanya saham SMRA yang memiliki valuasi kurang baik karena mengalami kerugian di kuartal ketiga 2020. Sementara, FREN dinilai memiliki harga wajar Rp 95 per saham.
Shinta Setyaningrum tertarik dengan dunia tulis menulis dan copyediting sejak bangku SMA dan diperdalam di dunia perkuliahan. Saat ini sedang tertarik untuk mendalami bidang ekonomi termasuk ke dalam dunia cryptocurrency dan alat investasi lainnya.
Bank sentral China mengatakan pada Senin (4/7/2022) bahwa mereka telah meningkatkan fasilitas pertukaran atau swap mata uang dengan Hong Kong menjadi perjanjian permanen dan memperluas ukurannya […]
Tesla Umumkan Penjualan Kendaraan Listrik pada Q2 2022 Tesla baru saja memposting total produksi dan pengiriman kendaraan kuartal kedua untuk tahun […]
Nayib Bukele beli Bitcoin lagi~! Tidak terpengaruh oleh kerugian besar yang ditimbulkan karena berinvestasi di Bitcoin, Bukele mengumumkan pada Jumat […]
Coinbase NFT menambahkan lebih banyak fitur baru untuk basis pengguna yang relatif kecil. Marketplace NFT ini telah meluncurkan sejumlah peningkatan […]