Perayaan lebaran di Indonesia tahun ini tampak berbeda, kota-kota besar seperti wilayah Jabodetabek dan provinsi lain yang dihuni sekitar 100 juta orang telah memberlakukan aturan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). termasuk menutup pusat perbelanjaan dan tempat ibadah. Penjual retail sekarang harus mengandalkan hanya 5% hingga 10% dari penjualan biasa mereka melalui platform online, ungkap Roy Mandey, ketua Asosiasi Retailer Indonesia.

Perayaan hari raya Idul Fitri biasanya berlangsung selama satu bulan di negeri jiran. Momen ketika keluarga berkumpul untuk reuni dan berbagi makanan, memposting foto-foto bahagia di media sosial dalam pakaian baru mereka. Tahun ini, pembatasan perjalanan dan pertemuan kelompok meredam perayaan di seluruh wilayah.

Upaya untuk menjauhi dari kerumunan dengan kemungkinan positif COVID-19, jari kotor dan pembatasan gerakan, toko online KINI semakin populer. PT Mitra Adiperkasa, operator merek global Indonesia seperti Zara dan Starbucks dengan lebih dari 2.500 toko ritel gaya hidup, berfokus pada e-commerce saat mal ditutup,ujar sekretaris perusahaan Ratih Gianda.

Platform mode online Asia, Zalora, juga mengatakan minat konsumen meningkat setelah sempat mengalami penurunan penjualan pada masa awal ketika berita virus pertama kali menyebar. Pada bulan puasa sebelum perayaan Idul Fitri, beberapa perusahaan mengatakan melihat kenaikan penjualan untuk pakaian-pakaian sederhana.

Baca juga: Obligasi Italia dan Euro Meningkat, Mungkin Tak Bertahan Lama!

Larangan Mudik Lebaran di Indonesia

“Dengan pembatasan sosial, kami senang dapat memberi pelanggan opsi siap pakai untuk pembelian Hari Raya mereka, karena kami dapat mengirimkan langsung kepada mereka dengan mudah dan dengan keamanan penuh,” jelas Giulio Xiloyannis, Zalora’s chief commercial officer, melalui e-mail.

Meski begitu, toko online mungkin tidak dapat menggantikan lingkungan berbelanja secara fisik yang mendorong lebih banyak pengeluaran.

“Pembelian impulsif atau pembelian yang tidak direncanakan biasanya terjadi karena pelanggan mengunjungi toko dan biasanya menyumbang 40% dari transaksi ritel modern. Tapi sekarang, pelanggan cenderung hanya membeli kebutuhan dasar, jadi pembelian impulsif tidak terjadi,” Jelas Mandey, dari grup pengecer Indonesia. Ia melihat penjualan keseluruhan tumbuh 3% -4% di Indonesia tahun ini, jelas turun dibandingkan dengan 8,5% -9% tahun lalu.

Kebutuhan dasar biasanya diterjemahkan menjadi makanan, bukan pakaian baru. Kendati demikian, bahkan barang-barang penting itu dapat mencatatkan penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Tidak Ada Alasan Untuk Belanja Berlebih Saat Lebaran Ini

Pramudhito, salah satu contohnya. Biasanya ia menghabiskan sebagian besar THR dari pekerjaan mengajarnya di Jakarta untuk membeli beberapa kilogram tepung terigu, mentega, gula, dan selai untuk menyiapkan kue bagi pengunjung selama festival. Kali ini, dia ingin memasukkan bonusnya ke dalam rekening tabungannya untuk keadaan darurat apa pun.

Dengan tidak ada pengunjung yang diharapkan tahun ini, ia berencana untuk merayakan Idul Fitri hanya dengan istri dan anaknya yang berusia sembilan tahun.

“Hanya ada kita bertiga di rumah. Tidak ada alasan untuk belanja lebih,” ujar Pramudhito, yang kurang lebih mewakili sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini.

Dilansir dari Bloomberg.com

Tags: