BRI Buyback Saham Rp1,5 Triliun, Ini Jadwalnya
BRI Buyback Saham Rp1,5 Triliun PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk berencana untuk melakukan pembelian kembali saham (buyback) senilai Rp […]
Dolar Singapura diperkirakan akan naik tajam dan unggul ketimbang mata uang ASEAN lainnya di kuartal II-2022. Sebab Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) diprediksi akan kembali mengetatkan kebijakan.
Pada perdagangan Jumat (25/3/2022) pukul 11:53 WIB, dolar Singapura diperdagangkan di kisaran Rp 10.572/SG$, naik tipis 0,06%. Tetapi sepanjang pekan ini masih melemah tipis 0,05%.
Sejauh ini MAS sudah dua kali mengetatkan kebijakan moneter dengan menaikkan slope $SNEER pada pertengahan Oktober lalu, dan awal tahun ini.
Untuk diketahui, di Singapura, tidak ada suku bunga acuan, kebijakannya menggunakan S$NEER (Singapore dollar nominal effective exchange rate), yang terdiri dari kemiringan (slope), lebar (width) dan titik tengah (centre).
Slope berfungsi membuat penguatan/penurunan dolar Singapura lebih cepat/lambat. Ketika slope dinaikkan, maka dolar Singapura bisa menguat lebih cepat, begitu juga sebaliknya.
Analis dari Barclays memprediksi MAS pada bulan depan tidak hanya akan menaikkan slope, tetapi juga width dan centre.
“Kami memperkirakan S$NEER akan naik 3% dari level saat ini hingga akhir tahun nanti,” kata Brian Tan. Ekonomi senior Barclays untuk wilayah ASEAN dalam sebuah catatan kepada nasabahnya, sebagiamana dikutip The Star, Selasa (22/3/2022).
Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) belum akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat. Dengan kondisi tersebut, dolar Singapura tentunya lebih diuntungkan.
BI pada pekan lalu mempertahankan suku bunga sebesar 3,5%. Gubernur BI, Perry Warjiyo, sekali lagi menegaskan suku bunga akan dipertahankan sampai ada tanda-tanda kenaikan inflasi secara fundamental.
“Saya tegaskan bahwa kebijakan moneter merespon kenaikan inflasi yang bersifat fundamental, yaitu inflasi inti. (Kebijakan moneter) tidak merespon secara langsung kenaikan volatile food maupun administered prices, tidak merespon first round impact, tetapi yang direspon adalah implikasinya,” kata Perry saat konferensi pers pasca Rapat Dewan Gubernur (RDG) Kamis (17/3).
Dengan inflasi inti yang masih sebesar 2,03% di bulan Februari, berada di batas bawah target BI 3% plus minus 1%, artinya suku bunga belum akan dinaikkan dalam waktu dekat.
Baca juga: Pasar Saham Singapura Terseok Hadapi Pandemi
BRI Buyback Saham Rp1,5 Triliun PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk berencana untuk melakukan pembelian kembali saham (buyback) senilai Rp […]
Bitcoin hari ini menguat? Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi memprediksi harga Bitcoin hari ini dibuka fluktuatif namun menguat di […]
PT Lini Imaji Kreasi Ekosistem Tbk akan segera melantai di Bursa Efek Indonesia dengan menggelar penawaran umum perdana saham (initial […]
Arab Saudi mulai jajaki CBDC nih~ Bank Sentral Arab Saudi (SAMA) mengatakan sedang melakukan eksperimen mata uang digitalnya dan saat […]
Kurs dolar hari ini, simak kabar berikut! Indeks dolar Amerika (AS) jeblok pada perdagangan Rabu pasca pengumuman suku bunga (The […]
PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) menjanjikan akan membagikan dividen sebanyak-banyaknya 50 persen dari laba bersih untuk tahun buku 2023. Direktur Keuangan […]
© 2020 Trader Harian. 3th Floor, WTC 3, Jl. Jend. Sudirman, Kav 29-31, Jakarta, Indonesia 12920.