Harga saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) anjlok sebesar 5,8%, turun ke posisi Rp 64 per lembar saham. Penurunan ini terjadi setelah kenaikan harga saham GIAA sejak 22 Mei 2023, yang sempat mencapai harga terendah Rp 50 per lembar saham. Saham Garuda Indonesia kemudian mengalami kenaikan hingga penutupan perdagangan pada 25 Mei 2023, di mana harganya mencapai Rp 68 per lembar saham.

Saat ini, fokus Garuda Indonesia adalah menyediakan layanan penerbangan dalam negeri.

Menteri Badan Usaha Milik Negara, Erick Thohir, mengungkapkan bahwa Garuda Indonesia memang sedang difokuskan untuk melayani penerbangan dalam negeri.

Menurutnya, terdapat pemikiran untuk menjalin kerjasama dengan maskapai penerbangan tertentu yang dapat memberikan aksesibilitas bagi masyarakat Indonesia untuk terbang ke luar negeri, seperti Qatar Airways, Emirates, atau Singapore Airlines.

Baca juga: Garuda Indonesia Tunda Right Issue, Berikut Alasannya!

Selain itu, ada rencana bahwa setelah proses restrukturisasi, Garuda Indonesia akan mencari mitra strategis. Salah satu opsi yang dipertimbangkan adalah kerjasama dengan Indonesia Investment Authority (INA). INA memiliki kemampuan untuk mengundang mitra strategis bagi Garuda Indonesia.

Menurut Erick, Garuda Indonesia tidak akan segera bergabung dengan PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney, yaitu holding BUMN aviasi dan pariwisata. Hal ini dikarenakan Garuda Indonesia baru saja menyelesaikan proses restrukturisasi.

Untuk informasi tambahan, Garuda Indonesia telah menerima dana Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp7,5 triliun sebagai bagian dari upaya untuk memperbaiki kinerjanya. PMN tersebut terkait dengan langkah rights issue yang mencakup penerbitan 39,7 miliar saham senilai Rp7,79 triliun. Dana ini diberikan sebagai dukungan untuk langkah penyehatan kinerja maskapai tersebut.

Selanjutnya, Garuda Indonesia (GIAA) berencana untuk melakukan private placement. Dalam rangka konversi utang, Garuda Indonesia akan mendistribusikan sebanyak 25,8 miliar saham, dengan nilai sebesar Rp5,05 triliun. Hal ini juga termasuk realisasi dari Obligasi Wajib Konversi (OWK).

 

 

 

Sumber

Baca juga: Garuda Indonesia Berhasil Tekan Kerugian Hingga 42%