China Geser Posisi Amerika di Asia Tenggara
China Geser Amerika dari Asia Tenggara? Dalam lima tahun terakhir, pengaruh Amerika Serikat (AS) di Asia Tenggara mulai luntur, sementara […]
IHSG hari ini dibuka menghijau, naik sebesar 0,23% menjadi 6692,22. Namun, beberapa menit kemudian IHSG mengalami perubahan arah.
Pada pukul 09.05, IHSG mengalami penurunan tipis sebesar 0,01% dan mencapai level 6.675,69. Dalam perdagangan tersebut, tercatat ada 156 saham yang mengalami kenaikan, 170 saham mengalami penurunan, dan 213 saham lainnya stagnan atau tidak mengalami perubahan nilai.
Selain itu, perdagangan juga mencatat aktivitas transaksi yang melibatkan sebanyak 737 juta saham, dengan nilai perdagangan baru mencapai Rp 424 juta.
Penurunan nilai ekspor Indonesia telah menjadi faktor negatif yang mempengaruhi pasar saham. Menurut data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor Indonesia pada bulan April 2023 mencapai US$ 19,29 miliar. Angka ini menunjukkan penurunan sebesar 17,62% dibandingkan dengan bulan Maret, dan mengalami penurunan drastis sebesar 29,4% dibandingkan dengan April.
Hal tersebut disebabkan oleh penurunan harga komoditas dan pelemahan permintaan atas beberapa komoditas, yang dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi global.
Selain itu, nilai impor Indonesia pada bulan April 2023 juga mengalami penurunan menjadi US$ 15,35 miliar. Terjadi penurunan sebesar 25,45% secara bulanan, dan menyusut 22,32% dibandingkan dengan April 2022.
Dampak dari penurunan nilai impor dan ekspor ini kemungkinan akan memberikan tekanan terutama pada emiten-emiten yang beroperasi di sektor yang terkait dengan ekspor, terutama dalam sektor komoditas. Dalam beberapa hari ke depan, perusahaan-perusahaan ini mungkin akan menghadapi tantangan dalam kondisi pasar yang tidak menguntungkan.
Selain itu, ada kemungkinan bahwa bank sentral AS (The Fed) akan kembali menaikkan suku bunga acuannya. Hal ini menjadi salah satu faktor penekan bagi Wall Street, bahkan harga emas pun turut mengalami penurunan. Berdasarkan data dari Refinitiv, harga emas turun hingga 1,6% kemarin dan mencapai US$ 1.989 per troy ons.
Presiden The Fed wilayah Richmond juga menyatakan bahwa ia masih merasa “nyaman” dengan kenaikan suku bunga sebagai langkah untuk menurunkan tingkat inflasi. Pernyataan ini mengindikasikan kemungkinan adanya kebijakan pengenaan suku bunga yang lebih tinggi di masa mendatang.
Dampak dari peningkatan suku bunga adalah pasar saham mengalami tekanan dan harga emas juga mengalami penurunan. Kenaikan suku bunga mengindikasikan kondisi likuiditas yang lebih ketat, yang berdampak negatif terhadap pasar saham.
Dalam situasi ini, para investor mungkin menjadi lebih tertarik untuk mengalokasikan dana mereka ke dalam obligasi atau deposito. Hal ini disebabkan oleh tingginya suku bunga yang ditawarkan oleh instrumen keuangan tersebut, sambil meminimalkan risiko. Obligasi dan deposito dianggap sebagai pilihan yang lebih aman dalam lingkungan dengan suku bunga yang tinggi.
Baca juga: Pasar Aset Digital Menyusut karena Aliran Dana Keluar $200 Juta
China Geser Amerika dari Asia Tenggara? Dalam lima tahun terakhir, pengaruh Amerika Serikat (AS) di Asia Tenggara mulai luntur, sementara […]
Nilai tukar rupiah di pasar spot melemah kembali sebesar 0,13% menjadi Rp15.000/US$ pada perdagangan hari ini, Rabu (31/5/2023). Pelemahan ini […]
Harga bitcoin (BTC) turun di bawah $28.000 selama sesi jam perdagangan AS pada hari Selasa (30/05). Akan tetapi, harga bitcoin […]
Apa itu Filecoin? Filecoin adalah jaringan peer-to-peer yang menyimpan file, menawarkan insentif ekonomi dan kriptografi bawaan untuk memastikan file disimpan dengan […]
Turis asing yang menggunakan kripto sebagai alat pembayaran di Bali akan “ditindak tegas,” otoritas setempat telah memperingatkan. Berbicara pada konferensi […]
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tidak pernah mengalami penguatan selama sebulan terakhir. Hal ini disebabkan oleh debt […]
© 2020 Trader Harian. 3th Floor, WTC 3, Jl. Jend. Sudirman, Kav 29-31, Jakarta, Indonesia 12920.