PT Merdeka Battery Materials Akan Gelar IPO
PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) bakal menggelar penawaran umum perdana saham (initial public offering atau IPO). Rencananya, saham Merdeka […]
Bursa Asia-Pasifik hari ini dibuka cenderung melemah, di tengah lesunya lagi bursa saham Amerika Serikat (AS) kemarin, meski investor masih mencerna indikasi bank sentral AS yang mengindikasikan bahwa inflasi sudah mencapai puncaknya.
Indeks Nikkei 225 Jepang dibuka melemah 0,46%, Hang Seng Hong Kong terkoreksi 0,61%, Shanghai Composite China turun 0,15%, Straits Times Singapura terpangkas 0,36%, ASX 200 Australia terdepresiasi, dan KOSPI Korea Selatan tergelincir 0,53%.
Bursa Asia-Pasifik cenderung mengikuti pergerakan bursa saham AS, Wall Street kemarin yang ditutup kembali lesu.
Indeks Dow Jones ditutup melemah 0,61%, S&P 500 ambles 1,11%, dan Nasdaq Composite ambruk 1,68%.
Sehari sebelumnya, Wall Street sukses mengakhiri kemerosotan dua hari beruntun setelah Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell, seperti disebutkan sebelumnya menyatakan AS mulai mengalami disinflasi.
Tetapi seperti biasa, pelaku pasar tentunya terus mencerna detail demi detail apa yang diutarakan Powell. Hal ini membuat Wall Street kembali volatil.
Bahkan, Powell juga memberikan ‘kode’ kembali bahwa jika inflasi kembali meningkat, maka suku bunga bisa naik lebih tinggi dari prediksi sebelumnya.
“Kenyataannya kami bertindak berdasarkan data. Jadi jika kita terus melihat data, misalnya pasar tenaga kerja yang kuat atau inflasi yang kembali meninggi, itu akan membuat kami kembali menaikkan suku bunga dan bisa saja lebih tinggi dari yang diprediksi sebelumnya,” ujar Powell.
Artinya, data inflasi AS yang akan dirilis Selasa pekan depan akan menjadi perhatian besar. Sebab data tenaga kerja masih sangat kuat.
Hasil polling dari Refinitiv menujukkan inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) tumbuh 0,5% pada Januari dari bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Ini berkebalikan dengan Desember 2022 yang terjadi deflasi (penurunan harga) sebesar 0,1% (mtm).
Selain itu, CPI inti juga diprediksi tumbuh 0,4% (mtm), lebih tinggi dari pertumbuhan Desember 0,3% (mtm).
Ekspektasi pasar terkait suku bunga The Fed kembali naik.
Sebelumnya berdasarkan perangkat FedWatch CME Group, pelaku pasar melihat puncak suku bunga The Fed tidak akan lebih dari 5%. Tetapi kini, ekspektasi tersebut kembali ke awal yakni 5% – 5,25%.
Bahkan, ada probabilitas sebesar 31% suku bunga The Fed berada di 5,25% – 5,5% pada Juni 2023. Probabilitas ini tentunya bisa semakin meningkat jika inflasi di AS kembali menunjukkan kenaikan.
Jika The Fed menaikkan suku bunga ke level itu, maka Amerika Serikat diprediksi akan mengalami resesi.
PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) bakal menggelar penawaran umum perdana saham (initial public offering atau IPO). Rencananya, saham Merdeka […]
Harga Bitcoin dan mata uang kripto lainnya turun pada hari Kamis (30/03) setelah lonjakan awal saat Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas […]
PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) atau Sido Muncul akan membagikan dividen tunai Rp 690 miliar untuk […]
CEO perusahaan investasi aset digital Galaxy Digital mengatakan kepada investor bahwa dia terkejut dengan jumlah perhatian terkait peraturan untuk kripto […]
CEO Twitter Elon Musk mengklaim valuasi Twitter sekitar USD 20 miliar atau sekitar Rp 301,28 triliun, menurut email yang dilihat […]
Krisis Perbankan Belum Usai, Begini Kata Joe Biden Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden angkat bicara terkait krisis perbankan yang […]
© 2020 Trader Harian. 3th Floor, WTC 3, Jl. Jend. Sudirman, Kav 29-31, Jakarta, Indonesia 12920.