Siap-siap, the Fed umumkan suku bunga pekan ini!

Rupiah sepanjang pekan lalu mampu menguat 0,6% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.980/US$. Dengan demikian, rupiah sukses mencatat penguatan 3 pekan beruntun, dan mencapai level terkuat dalam 3 bulan terakhir.

Pada pekan ini, rupiah berpeluang melanjutkan penguatan, bahkan bisa saja menembus Rp 14.700/US$. Syaratnya, bank sentral AS (The Fed) pada Kamis (2/2/2023) dini hari waktu Indonesia mengumumkan kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 4,5% – 4,75%, dan membuka peluang pemangkasan di tahun ini.

Seperti diketahui, The Fed di bawah pimpinan Jerome Powell sebelumnya mengindikasikan akan menaikkan suku bunga 50 basis poin pekan depan, dan 25 basis poin pada Maret nanti.

Tetapi, pasar melihat The Fed akan menurunkan kenaikan tersebut menjadi 25 basis poin pekan depan pasca rilis data inflasi yang terus menunjukkan penurunan. Selain itu, sektor jasa atau non-manufaktur yang berkontribusi sekitar 70% dari produk domestik bruto (PDB) juga kembali mengalami kontraksi

Dengan inflasi yang terus menurun, dan tanda-tanda resesi semakin nyata, kenaikan suku bunga The Fed diperkirakan akan lebih rendah.

Baca juga: Suku Bunga BI Naik Lagi 25 Basis Point!

Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar melihat suku bunga sebesar 4,5% – 4,75% pada pekan depan dengan probabilitas nyaris 100%.

Bahkan perangkat yang sama menunjukkan pasar juga melihat ada peluang suku bunga akan dipangkas pada akhir 2023.

Ekspektasi tersebut menjadi salah satu pemicu rupiah mampu mencatat penguatan 3 pekan beruntun.

Selain The Fed, ada bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) dan bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) yang akan mengumumkan suku bunga Kamis nanti, dan mempengaruhi pergerakan pasar mata uang.

Sementara itu dari dalam negeri akan dirilis data purchasing managers’ index (PMI) manufaktur dan inflasi pada Rabu (1/2/2023).

Melihat sebelumnya, PMI manufaktur naik menjadi 50,9 pada Desember 2022, naik dari bulan sebelumnya 50,3.

PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Di bawahnya berarti kontraksi, di atasnya adalah ekspansi.

 

 

 

Sumber

Baca juga: Kondisi Ekonomi Indonesia Membaik, Namun Tak Kebal Resesi?