PT Merdeka Battery Materials Akan Gelar IPO
PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) bakal menggelar penawaran umum perdana saham (initial public offering atau IPO). Rencananya, saham Merdeka […]
Kurs mata uang Asia melemah, Dolar apa kabar?
Sebagian besar mata uang Asia diperdagangkan dalam kisaran rendah pada hari Rabu (15/03). Hal ini disebabkan data menunjukkan pemulihan yang cukup beragam dalam ekonomi China. Sementara dolar bertahan mendekati level terendah satu bulan setelah inflasi konsumen mereda seperti yang diharapkan.
Yuan Tiongkok turun 0,2% setelah data menunjukkan produksi industri tumbuh kurang dari yang diharapkan pada Februari. Hal tersebut disebabkan sektor manufaktur berjuang untuk pulih dari posisi terendah sejak COVID.
Namun, penjualan ritel melonjak seperti yang diharapkan. Sedangkan investasi aset tetap yang lebih tinggi dari perkiraan menunjukkan bahwa aspek ekonomi tertentu pulih setelah pencabutan langkah-langkah anti-COVID awal tahun ini.
Namun, pelemahan di sektor manufaktur, yang biasanya bertindak sebagai penentu arah ekonomi China, menunjukkan bahwa pemulihan yang lebih besar masih jauh. Pemulihan di China menjadi pertanda baik bagi ekonomi Asia yang lebih luas, mengingat posisi negara tersebut sebagai mitra dagang yang dominan untuk kawasan tersebut.
Mata uang Asia yang lebih luas diredam karena data yang dirilis semalam memberikan isyarat beragam pada ekonomi AS. Yen Jepang turun 0,2% terhadap dolar, sementara peso Filipina bertambah 0,3%, memimpin kenaikan di seluruh Asia Tenggara.
Inflasi indeks harga konsumen (CPI) AS mereda seperti yang diharapkan pada bulan Februari. Tetapi inflasi IHK inti yang lebih kaku dari perkiraan menunjukkan bahwa tekanan harga masih relatif tinggi. Yang dapat memberi tekanan lebih besar pada Federal Reserve untuk memperketat kebijakan moneter.
Pasar bertaruh bahwa Fed akan memiliki ruang kepala ekonomi yang terbatas untuk menaikkan suku bunga, mengingat meningkatnya tekanan pada sektor perbankan. Pemerintah AS melakukan intervensi di sektor tersebut setelah runtuhnya beberapa bank regional pekan lalu.
Indeks dolar dan indeks berjangka dolar diperdagangkan sideways pada hari Rabu, dan mengalami penurunan tajam selama beberapa sesi terakhir.
Inflasi harga produsen AS dan data penjualan ritel akan dirilis hari ini, dan diperkirakan akan memberikan lebih banyak isyarat pada ekonomi menjelang pertemuan Fed minggu depan. Bank sentral diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin.
Rupee India turun 0,2% setelah data inflasi grosir di India tumbuh jauh lebih rendah dari yang diperkirakan. Ditambah dengan data sebelumnya yang menunjukkan penurunan inflasi konsumen, meningkatkan taruhan bahwa Reserve Bank pada akhirnya akan menahan kenaikan suku bunga di masa depan.
Won Korea Selatan naik 0,1% karena data menunjukkan defisit perdagangan besar-besaran negara itu sedikit menyempit pada bulan Februari.
Baca juga: Bank Mandiri Stock Split 1:2 dan akan bagikan dividen!
PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) bakal menggelar penawaran umum perdana saham (initial public offering atau IPO). Rencananya, saham Merdeka […]
Harga Bitcoin dan mata uang kripto lainnya turun pada hari Kamis (30/03) setelah lonjakan awal saat Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas […]
PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) atau Sido Muncul akan membagikan dividen tunai Rp 690 miliar untuk […]
CEO perusahaan investasi aset digital Galaxy Digital mengatakan kepada investor bahwa dia terkejut dengan jumlah perhatian terkait peraturan untuk kripto […]
CEO Twitter Elon Musk mengklaim valuasi Twitter sekitar USD 20 miliar atau sekitar Rp 301,28 triliun, menurut email yang dilihat […]
Krisis Perbankan Belum Usai, Begini Kata Joe Biden Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden angkat bicara terkait krisis perbankan yang […]
© 2020 Trader Harian. 3th Floor, WTC 3, Jl. Jend. Sudirman, Kav 29-31, Jakarta, Indonesia 12920.