Harga minyak mentah dunia menguat setelah Rusia berencana memangkas produksi.

Mengutip data Refinitiv, pada perdagangan Senin (13/2/2023) harga minyak mentah jenis Brent naik tipis 0,3% menjadi US$86,61 per barel. Sementara jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) tercatat US$80,14 per barel, naik 0,5%.

“Latar belakang fundamental untuk minyak masih sangat kuat,” kata Phil Flynn, analis Price Futures Group.

“Dengan China dibuka kembali, kita akan melihat lebih banyak permintaan dan Rusia serta OPEC memiliki pasokan yang sama atau lebih sedikit, yang bullish.”

Rusia mengumumkan rencana untuk mengurangi produksi minyak bulan depan sebagai bentuk perlawanan kepada blok Barat yang memberlakukan batasan harga minyak mentah dan bahan bakar negara itu.

Baca juga: Jadi Pemimpin G20, India Dorong Regulasi Kripto

Selain itu, Rusia berencana untuk mengurangi produksi minyak mentahnya pada bulan Maret sebesar 500.000 barel per hari (bpd), atau sekitar 5% dari produksi saat ini, kata Wakil Perdana Menteri Alexander Novak.

OPEC+ dikabarkan Reuters tidak merencanakan tindakan setelah Rusia mengumumkan pengurangan produksi minyak.

Di sisi lain para pelaku pasar menantikan pengumuman inflasi Amerika Serikat (AS) yang rilis Selasa (14/2/2023). Hal ini terkait lanjutan kebijakan suku bunga The Fed.

Jika inflasi kembali naik, The Fed akan tetap memerangi inflasi dengan kenaikan suku bunga. Sehingga ekonomi berpotensi melambat dan mengaburkan permintaan minyak mentah.

Konsensus Trading Economics memperkirakan inflasi AS diprediksi melambat menjadi 6,2% secara tahunan (yoy) pada bulan lalu. Angka ini turun dari 6,5% pada Desember 2022.

 

 

 

 

Sumber

Baca juga: BTPN Syariah Cetak Rekor Laba Bersih Hingga Rp1,78 T di 2022