Kinerja emiten otomotif ternyata tidak selalu mencerminkan pergerakan saham dari emiten tersebut. Pernyataan ini dibuktikan oleh dua saham otomotif yaitu IMAS dan juga ASII.

Kinerja Emiten Otomotif Tidak Selalu Menentukan Saham

Riset dari Lifepal.co.id menunjukkan bahwa data kinerja emiten otomotif tahunan secara domestik tidak sepenuhnya mempengaruhi sahamnya. Hal ini dibuktikan oleh dua produsen mobil di Indonesia yaitu PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) dan PT Astra Internasional Tbk (ASII). Ironisnya, performa kedua emiten itu dalam jangka panjang tidak bisa mengalahkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Penemuan menarik lainnya adalah, penjualan maupun laba komprehensif dari IMAS, sama sekali tidak bisa menentukan arah pergerakan saham. IMAS memang sempat meroket dan mengalahkan IHSG pada Juli 2011 hingga mencapai puncaknya pada April 2012. Namun akhirnya, saham anak usaha Salim Group ini turun tajam hingga memasuki 2013, performanya pun tak lagi mengungguli IHSG.

Sumber Grafik: Lifepal

Seperti yang tercantum di laporan keuangan IMAS, emiten ini memang mencatatkan kenaikan penjualan sebesar 25,38% dari tahun 2011 ke tahun 2012. Meski demikian, laba perusahaan ini justru merosot 17%. Uniknya, pada periode yang sama, saham IMAS pun memasuki masa apresiasi.

Sementara itu, pada periode 2012 ke 2013, penjualan IMAS mengalami kenaikan 1,59% tapi sayangnya laba komprehensif mereka anjlok 8,98%. Saham IMAS pun terus mengalami penurunan hingga mencapai titik terendahnya di Februari 2018.

Patut diketahui bahwa pada September 2015 hingga Februari 2018, pergerakan IMAS justru berlawanan arah dengan IHSG. IHSG mengalami apresiasi namun IMAS justru turun. Memasuki Maret 2018, performa saham IMAS memang sempat naik berkat sentimen positif kenaikan laba bersih di periode 2016 hingga 2017. Tetapi, kenaikan performa itu tidak terlalu signifikan, dan performa IMAS masih jauh di bawah IHSG.  Kemudian, terhitung sejak 1 September 2010 hingga 1 September 2020, performa harga saham IMAS minus 86%.

Saham ASII Berbeda dengan IMAS

Berbeda dengan IMAS, saham ASII lebih kuat kinerjanya secara keseluruhan. Hal ini disebabkan kinerja saham ASII yang nampaknya terlihat sangat baik jika dibandingkan dengan pasar. Dibandingkan dengan IMAS, ASII terlihat lebih stabil dan kuat terutama sejak 2016 ke atas. Selain itu, dari segi cerminan kinerja, walau tidak sejauh IMAS, ASII juga tidak mencerminkan kinerja sesungguhnya dalam pergerakannya.

Selain itu, walaupun kuat, performa saham ASII selama 10 tahun hanya bisa mengungguli IHSG pada rentang waktu 2011 hingga 2013. Selepas tahun 2013, saham ASII tidak lagi bisa mengungguli IHSG namun pergerakannya sangat mencerminkan IHSG.

Baca juga: GOOD Berencana Mengambil Alih Sebagian Saham KEJU

Naiknya performa IHSG umumnya diikuti pula dengan kenaikan harga saham ASII. Begitu pun sebaliknya. Satu hal yang cukup unik dalam performa ASII adalah pada September 2015. Dalam rentang tahun 2015 hingga 2017, penjualan maupun laba komprehensif ASII mengalami penurunan yang cukup tajam. Namun performa sahamnya justru naik dan mengekor IHSG.

Untuk saat ini, kinerja kedua saham tersebut masih cenderung fluktuatif. Hal ini juga disebabkan oleh sentimen pasar dan IHSG secara menyeluruh. Oleh karena itu, pernyataan bahwa kinerja tidak selalu mencerminkan pergerakan saham menjadi terbenarkan. Sehingga, investor harus lebih teliti lagi dalam menganalisis saham dan mempertimbangkan faktor eksternal lainnya.

Dilansir dari Lifepal

Tags: